Sabtu, 23 Juli 2011

CAPTAIN AMERICA: THE FIRST AVENGER


Captain America yang diperankan oleh Chris Evan dalam film aksi-petualangan ‘Captain America: The First Avenger.’ (COURTESY OF PARAMOUNT PICTURES AND MARVEL STUDIOS)



Captain America sesungguhnya merupakan sebuah film yang berkualitas, namun sayangnya ia tampil sedikit terlambat dibanding para kawan-kawan superheronya, seperti Iron Man, Hulk, Thor, dan yang lainnya.
Kisah dimulai ketika Amerika sedang berperang pada 1941. Steve Rogers (Chris Evans) setelah melalui pemindaian digital, dinilai terlalu kurus untuk dilantik menjadi tentara. Namun ia memiliki detak jantung jantung yang luar biasa, dan akhirnya dipilih untuk menjalani percobaan laboratorium yang dilakukan oleh seorang ilmuwan bernama Stark.
Sebelum percobaan dilakukan terhadap dirinya, Rogers sebenarnya adalah seorang pria yang memiliki karir cukup cemerlang di bidang pekerjaannya, meskipun ia menyadari bahwa ia merupakan seorang pria yang lemah. Namun kelebihan utama Rogers adalah kebaikan dan ketulusan hatinya. Dia memang bukan prajurit yang sempurna, namun adalah seorang pria yang baik. Lalu seiring dengan suntikan mega-serum dari percobaan laboratorium, akhirnya… Ta-da! Dia pun menjadi seorang supersoldier: Captain America!
Penjahatnya adalah seorang pemberontak Nazi (yang juga disuntik dengan prototipe superserum) “The Red Skull,” yang diperankan oleh Hugo Weaving, dengan aksen Jermannya yang mengagumkan.
Peggy Carter (Hayley Atwell) adalah tokoh pujaan hati sang superhero. Namun ia justru sering jengkel dengan perubahan kekasihnya yang telah menjadi seorang superhero baru, karena ia merasa menjadi sering dinomor-duakan. 
Tommy Lee Jones dapat dibilang tampil sangat mengejutkan, sebagai seorang kolonel lucu yang gemar menggurui, yang selalu bergelut dengan saham-sahamnya.
Captain America terlihat keren dengan kostumnya yang mengalami sedikit modifikasi. Gayanya pun tak kalah kerennya, ia melemparkan senjata andalannya, perisai, dengan gayanya yang bombastis. Dan sebagai superhero, ia masih terlihat lebih humanis daripada superhero lainnya, seperti Hulk misalnya.
Film ini pun secara tidak langsung turut mengangkat nama Pasukan Khusus AS, dimana saat ini memang tengah berjaya dengan keberhasilan menumpas Bin Laden baru-baru ini, kemudian SEAL, Delta Force, Recon Marinir, Army Rangers, Green Baret, dan sebagainya, secara tidak sadar telah masuk ke alam bawah sadar kita melalui bentuk film superhero. Mungkin bisa juga dikatakan bahwa film ini merupakan versi film fiksi Pasukan Khusus AS.  (Mark Jackson / The Epoch Times / osc)


TRILER

Tidak ada komentar:

Posting Komentar